JEMBER – Meski pemilihan kepala daerah di Jember telah usai, namun bagi mantan calon bupati incumbent Faida masih menyisakan masalah, bahkan nampak dendam.
Itu terjadi ketika puluhan sopir ambulan desa yang dianggap tidak membantu perolehan suara bagi Faida, imbasnya pemecatan terhadap sopir ambulan secara sepihak.
Menurut penuturan Mohamad Sururi, sopir ambulan di Desa Wonorejo, Kecamatan Kencong, dia mengetahui dirinya diganti oleh orang lain beberapa waktu lalu. Saat itu, ia melihat ada daftar hadir kegiatan pembekalan sopir ambulan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan.
“Dalam daftar hadir sudah tidak ada nama saya, ada 5 sopir ambudes yang di Kecamatan Kencong diganti termasuk saya,” ujar Sururi.
Sururi mengaku memang fokus bekerja secara maksimal mengantarkan pasien ke rumah sakit daripada harus mencari suara untuk kegiatan politik cabup Faida.
Dia juga mengatakan, pernah diundang dalam sebuah pertemuan di Desa Keting, yang dihadiri langsung oleh anak laki-laki dari Faida bernama Akmal untuk membantu suara.
Dia juga ikut pada pertemuan lanjutan yang berlokasi di Dira Park Kencong, pusat perbelanjaan milik Ponimin, Ketua Tim Sukses pasangan cabup cawabup Faida- Vian. “Teman-teman yang diganti tidak mendukung Faida, karena kalau semua dikawal seperti mengantar pasien sekaligus mencari suara, ya kami enggak mampu,” ungkapnya.
Sururi dan juga sejumlah sopir ambulan desa lainnya tetap teguh sebagai sopir ambulan yang baik dan tidak berpolitik. Namun nahas, mereka tidak menyangka jika dedikasi mereka sebagai sopir ambulan justru membuatnya kehilangan pekerjaan yang menjadi periuk bagi keluarganya. Sopir ambulan desa hanya digaji Rp 1,5 juta per bulan.
“Kami tidak terima, karena tanpa ada pemberitahuan dan penjelasan apapun tentang sejauh mana penilaian-penilaian terhadap kinerja sebagai sopir ambulan,” tandasnya.
Keluhan sopir ambulan Sururi dan sopir ambulan desa ini didengar aspirasinya oleh DPRD Jember. DPRD Jember mengecam tindakan Bupati Faida dan Kepala Dinas Kesehatan yang hingga kini bungkam tidak memberikan keterangan perihal pemecatan sekitar 28 sopir ambulan desa tersebut. “Kami kecewa dengan sikap Bupati Faida yang tidak etis itu, sudah kalah tapi tega memecat sopir ambulan desa hanya karena tidak memberikan suara saat Pilkada,” tegas Anggota Komisi DPRD Jember, Faisol.
Dia menambahkan, Bupati Faida mestinya menyadari kekalahannya dan tetaplah berbuat baik hingga mengakhiri kinerjanya sebagai bupati Jember pertengahan Februari nanti. “Kami heran juga, jabatan sebagai bupati mau berakhir kok masih saja berbuat sewenang-wenang sama sopir ambulan,” ujarnya.
Berdasarkan data yang viral di media sosial, daftar nama sopir ambulan yang telah diberhentikan antara lain ; Mohamad Sururi, Rudi Iswanto, Abdul Latif, Novan, Mulyadi, Choirul, Agus, Eksan, Ayis, Satrali, Lukman, Suwartono, Ilham, Selamet, Yoyok, Somad, Suyanto, Samsul, Rofiq, Agus, Hendri, Surya, Abdulah, Suani, Lutfi, Eldys, Muhamad, Suryadi. Hingga saat ini Bupati Faida dan Kepala Dinas Kesehatan Jember masih tutup mulut pada media. (Dul/Kom).